Tuesday, January 2, 2018

Bukti Memahami Proses Terjadinya Kehamilan

proses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilan bukanlah hal yang mudah untuk dijelaskan pun dipahami terlebih bagi mereka yang awam terhadap dunia medis. Secara sederhana, kehamilan bisa diartikan sebagai kondisi dimana terdapat janin di dalam tubuh wanita sebagai akibat dari aktifitas seksual dengan pasangannya. Defenisi tersebut tentu terlalu sederhana jika kita menilik dari aspek biologis sebab kehamilan merupakan peristiwa yang kompleks. Jadi, bagaimana dunia medis memanda proses terjadinya kehamilan itu sendiri?

Secara umum, proses terjadinya kehamilan dibagi ke dalam dua fase yakni proses sebelum embrio terbentuk dan proses setelah embrio terbentuk. Dalam fase sebemum embrio belum terbentuk, terdapat dua tahapan yakni:
  1. Fase Uterus yang dibagi lagi ke dalam 3 fase yakni fase proliferasi, fase sakresi, fase menstruasi.
  2. Fase Ovarium yang juga dibagi ke dalam 3 bagian yang saling terkoneksi yakni fase folikularis, fase ovulasi, dan fase luteal.
Secara berurut, proses terjadinya kehamilan dimulai dari awal siklus menstruasi wanita FSH atau Folikel Stimulating Hormon yang merangsang beberapa folikel menjadi matang dalam kisaran waktu kurang lebih 2 minggu. Saat sel telur matang, ukurannya akan menjadi tiga kali lipat dari ukuran normal. Dan hanya satu folikel yang dominan dalam 1 siklus pematangan tersebut. Selanjutnya sel telur akan lepas dai indung telur dan dikenal dengan istilah ovulasi. Sel telur yang telah matang tersebut selanjutnya akan ditangkap oleh apa yang disebut fimbrae. Selanjutnya akan menuju ke saluran telur atau tuba falopi. Di tempat tersebut, sel telur akan menunggu kedatangan sperma untuk membuahinya.

Jika sperma masuk ke dalam tuba falopi, ia akan bertemu dengan sel telur yang sedang matang atau ovum dan terjadilah pembuahan sel telur atau yang dikenal dengan istilah konsepsi atau fertilitas. Sel telur yang telah berhasil dibuai sperma akan membelah diri dan bergerak kembali menuju ke dalam ringga rahim dan selanjutnya melekat pada mukosa  rahim dan melakukan proses menetap atau disebut dengan istilah nidasi/implemetasi.

Sel telur yang telah melekat tersebut selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang dan membentuk rambut-rambut halus yang berfungsi menyerap gizi ke dalam rahim sebagai sumber energi dalam menjamin pertumbuhannya. Pad ahari kelima, sel telur tadi keluar dari indung telur dan mulai membentuk syaraf. Selanjutnya, janin akan memnetuk otak dan sumsum dan dilanjutkan dengan terbentuknya jantung, otot sampai ke pembuluh darah. Sementara itu, dalam perut sang ibu akan terbentuk plasenta atau ari-ari yang berperan selayaknya selimut dan menutupi tubuh janin. Palsenta ini sendiri terbentuk di usia ke 3 minggu.

Dalam dunia medis, plasenta dikenal sebagai organ dengan bentuk cakram. Plasenta mengandung pembuluh darah ibu atau maternal dan juga embrio. Melalui plasenta tersebutlah, janin atau embrio mendapatkan nutrisi dari ibunya. Melalui organ ini pula terjadi pertukaran gas respirasi dan juga pembuangan limbah hasil metabolisme janin. Jadi, tidak berlebihan jika plasenta dianggap sebagai jembatan yang menyatukan ibu dan bayi yang dikandungnya.

Proses terjadinya kehamilan selanjutnya adalah perkembangan janin menjadi bayi. Biasanya janin akan dideteksi pada usia 3 minggu. Soal tahapan dalam kehamilan dibagi ke dalam 3 tahapan yakni trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Dalam masing-masing trimester ini memiliki tahap perkembangannya sendiri-sendiri.

Bukti Memahami Proses Terjadinya Kehamilan

Mual merupakan keluhan umum yang terjadi di masa kehamilan awal. Kadar hormon HCG dan hormon estrogen yang melonjak drastis di usia kehamilan trimester pertama merupakan penyebab utama terjadinya keluhan ini. Kedua hormon tersebut memicu bagian otak yang mengontrol mual dan muntah menjadi lebih sensitif terhadap aroma, bau, dan rasa tertentu. Selain itu, saluran pencernaan yang terdesak karena pertumbuhan janin juga membuat asam lambung terpacu untuk keluar melalui tenggorokan sehingga semakin membuat ibu hamil mudah mengalami mual dan muntah terutama di pagi hari.

obat-mual-hamil-muda

Obat Mual Hamil Muda

Mual saat hamil tidak bisa dianggap sepele. Saat hamil muda, tubuh membutuhkan banyak nutrisi untuk pertumbuhan optimal janinnya. Jika mual membuat ibu hamil menjadi hilang nafsu makan, dari mana janin bisa memperoleh kebutuhan gizinya, sedangkan untuk makan saja, si ibu tak berselera. Menyadari hal tersebut, mual saat hamil perlu diatasi dengan serius.

Seperti dikutip dari situs WebMD.com, ada beberapa makanan yang dapat membantu ibu hamil menghilangkan rasa mualnya secara cepat. Apa saja makanan penghilang mual saat hamil muda tersebut? Berikut pemaparannya untuk Anda ketahui.

1. Jahe

Sudah sejak lama, jahe menjadi bahan herbal yang membantu kita mengatasi mual saat mabuk di kendaraan. Aroma dan rasanya yang khas membuat bagian otak yang mengontrol rasa mual menjadi lebih rileks. Untuk menghilangkan rasa mual saat hamil muda, Anda disarankan untuk menggigit sebuah jahe, mengunyah permen jahe, atau meminum teh hangat yang dicampur dengan jahe bakar.

2. Buah Apel Hijau

Bagi ibu hamil, buah apel hijau menjadi salah satu buah terbaik yang bisa menjadi alternatif mencapai kehamilan sehat. Apel hijau memiliki banyak serat dan vitamin C yang membantu kesehatan pencernaan, mencegah konstipasi (susah BAB), dan meningkatkan kekebalan atau sistem imun tubuh.

Selain beberapa manfaat tersebut, buah apel dianggap merupakan salah satu makanan penghilang mual saat hamil muda yang cukup efektif. Kandungan airnya yang segar membantu Anda bebas dari masalah dehidrasi dan kelesuan karena mual dan muntah yang dialami.

3. Buah Pisang

Pisang merupakan buah yang sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Buah ini membantu dalam banyak hal, salah satunya dalam mengatasi mual yang terjadi di masa awal kehamilan. Pisang kaya akan vitamin B6, vitamin yang membantu menetralkan keadaan lambung dan organ pencernaan lainnya.

4. Buah Jeruk

Jeruk kaya antioksidan dan vitamin C. Aroma dan rasanya yang khas juga bisa diandalkan sebagai obat mual saat hamil muda yang cukup manjur. Mengkonsumsi buah jeruk secara rutin sangat baik untuk membebaskan Anda dari derita morning sickness di masa kehamilan awal. Anda bisa mengkonsumsinya dalam berbagai varian sajian, salah satunya sajian jus jeruk.

5. Daun Mint

Daun mint merupakan bahan herbal beraroma segar yang sangat efektif dalam mengontrol bagian otak yang bekerja mengatur mood.  Kunyahlah beberapa lembar daun mint saat pagi hari atau saat Anda mulai merasa mual. Jika sulit menemukannya, Anda juga bisa menggantinya dengan permen rasa mint atau penganan lain yang mengandung rasa mint.

6. Kacang

Kekurangan protein dalam darah juga bisa menjadi penyebab timbulnya rasa mual saat hamil muda. Untuk mengatasi rasa mual karena penyebab ini, Anda disarankan untuk memperbanyak asupan protein, misalnya dengan banyak mengkonsumsi kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang almond sebagai camilan sehat. Protein dari kacang-kacangan (nabati) cenderung lebih aman terutama bagi kesehatan dan pertumbuhan janin Anda.

7. Ketimun dan Buah Berair Lainnya

Ketimun dan buah berair dari family Cucurbitae seperti melon, tomat, blewah, semangka, dan lain sebagainya juga bisa menjadi alternatif penghilang rasa mual di saat hamil muda. Mengkonsumsinya dengan jumlah yang proporsional memberikan 2 manfaat sekaligus, yaitu membebaskan Anda dari rasa mual serta membuat Anda mencukupi kebutuhan nutrisi kehamilan dengan cara yang sehat.

Nah itulah 7 makanan penghilang mual saat hamil muda yang bisa Anda coba. Silakan dipraktekan, hasilnya tuliskan kembali dalam kolom komentar sebagai perbandingan ibu hamil-ibu hamil lainnya. Semoga bermanfaat.

Bukti Memahami Proses Terjadinya Kehamilan

Trimester Kehamilan
12 3
Kehamilan 25 Minggu, pada titik ini mungkin bunda melihat adanya pembengkaan di sana-sini, dimulai dari payu dara yang membesar, kemudian merambat ke seluruh badan, termasuk jari-jari tangan dan kaki bunda, hal inilah yang menyebabkan berat bunda meningkat secara drastis di kehamilan trimester ketiga ini.

Hamil 25  minggu
Janin umur 25 minggu
Kadang di usia kehamilan 24 hingga 28 minggu kaki bunda tiba-tiba kram ketika bangun tidur, itu tandanya tubuh bunda membutuhkan kalsium ekstra, bunda bisa mendapatkannya dalam kacang almond, ikan, brokoli dan tahu, jadi pastikan menu makan bunda terpenuhi dengan kalsium.

Penting juga untuk diperhatikan dalam saat hamil 25 minggu adalah adanya tes untuk memastikan kadar gula dalam darah bunda, kadang beberapa wanita yang sedang hamil mendadak kakinya bengkak, penting sekali untuk mengontrol gula dan garam dalam makanan bunda agar sang bayi tetap sehat dan menghindari terjadinya penyakit diabetes pada sang bayi saat terlahir kelak. Ketika bengkak-bengkak ini terjadi segeralah konsultasi ke dokter, dan jagalah asupan gizi bunda yah..

Sang Bayi di kehamilan 25 minggu

Lengan bayi dan kaki telah tumbuh dengan ukuran proporsi mereka pada saat lahir. Lubang hidung bayi, yang telah ada sampai sekarang, berlatih untuk membuka dan menutup dan dia mulai berlatih bernapas memanfaatkan hidungnya. Struktur tulang belakang bayi  sekarang terdiri dari 150 sendi dan beberapa 1.000 ligamen. Dapatkah bunda percaya bahwa dahulu kita tumbuh dengan begitu rumit? luar biasa bukan...

Kehamilan 25 minggu
Ukuran bayi umur 25 minggu
Pembuluh darah Kapiler, kini terbentuk di tubuh bayi Anda, memberikan warna dan kekebalan pada kulitnya yang sebelumnya terlihat tembus cahaya berwarna merah muda. Pembuluh darah di paru-paru juga telah mengembang minggu di minggu ke 35 ini.  Berat bayi anda pada kehamilan 25 minggu ini sekitar satu pon dan setengah dan sekitar 13 ½ inci seukuran kurang lebih  dari salah satu seruling di kelas musik sekolah dasar.

Bukti Memahami Proses Terjadinya Kehamilan

induksi persalinan, syarat induksi persalinan, persalinan induksi, persalinan dengan induksi, pengertian induksi persalinan, induksi dalam persalinan, induksi pada persalinan, induksi saat persalinan, definisi induksi persalinan
Tahun lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Duke University of Durham melaporkan, bayi yang lahir dengan persalinan induksi mengalami peningkatan risiko autisme.

Menurut Simon Gregory, sang peneliti, 27% lebih anak-anak yang lahir dari Ibu dengan proses persalinan induksi, augmentasi, atau keduanya, berisiko terkena autisme. Penelitian tersebut menggunakan data kelahiran lebih dari 600 ribu anak yang lahir pada 1990-1998 di North Carolina, termasuk 5 ribu data anak yang didiagnosis autisme.

Induksi merupakan prosedur medis yang menghadirkan kontraksi rahim sebelum rahim menunjukkan tanda-tanda kelahiran atau sebelum terjadinya kontraksi. Sedangkan augmentasi adalah prosedur yang mempercepat proses persalinan dimana rahim sudah mengalami kontraksi terlebih dahulu namun berjalan lambat.

Dari penelitian tersebut terungkap, paparan hormon oksitosin yang digunakan dalam induksi persalinan dapat mempengaruhi sistem saraf bayi, yang mungkin saja berpengaruh dalam peningkatan risiko autisme. Terlebih ditambah dengan kondisi kesehatan Ibu yang bisa memperbesar risiko tersebut, seperti : usia, diabetes selama kehamilan, dan kelahiran prematur.

Coba, Ibu hamil mana yang tidak ciut hatinya mengetahui hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics pada 2014 itu?


Tidak Terbukti


Tenang saja, sudah ada studi terbaru yang menjelaskan bahwa induksi tidak meningkatkan risiko autisme pada anak. Studi terbaru tersebut dideklarasikan dalam konferensi tahunan Society for Maternal-Fetal Medicine pada 5 Februari 2015 di San Diego. Peneliti mengungkapkan bahwa proses induksi tidak berkaitan dengan peningkatan gangguan autisme pada anak.

Para peneliti yang merupakan dokter serta psikolog dari University of Utah tersebut menggunakan dan menganalisis data anak-anak kelahiran 1998-2006. Setelah membandingkan 2500 anak dengan gangguan autisme dan 166 ribu anak tanpa autisme, ditemukan bahwa anak-anak yang terkena induksi persalinan, augmentasi, atau keduanya, tidak mengalami peluang peningkatan autisme, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.

Bahkan, peneliti telah menyesuaikan dengan faktor-faktor penting lain, seperti : kesehatan sang Ibu, status ekonomi keluarga, kondisi selama kehamilan, serta tahun kelahiran. Dengan demikian, studi terbaru berjudul “Autism Spectrum Disorder and Induced/Augmented Labor : Epidemiologic Analysis of a Utah Cohort” ini dianggap lebih valid dan relevan.

“Induksi persalinan merupakan strategi penting untuk meminimalkan risiko bagi Ibu dan bayi dalam beberapa situasi,” kata Erin AS Clrak, MD, penulis utama penelitian di University of Utah.

Tak dapat dipungkiri, pembahasan tentang autisme memang telah lama bergejolak di Amerika. Pasalnya, satu diantara 68 anak di sana mengalami gangguan autisme, sehingga cukup banyak peneliti yang mencoba mencari faktor-faktor yang memiliki kaitan dengan kondisi tersebut.

Jadi kesimpulannya, amankah  proses induksi tersebut?


Sesuai Indikasi


Seperti sudah dijelaskan di atas, induksi merupakan sebuah proses untuk merangsang kontraksi rahim dengan tujuan mempercepat proses kelahiran. Hal ini berarti, tak semua proses kelahiran membutuhkan induksi, kecuali bila Ibu dan atau buah hati berisiko mengalami komplikasi kesehatan jika bayi tak dilahirkan segera.

Salah satu kasus paling umum yang biasanya memerlukan induksi ialah saat Ibu belum juga merasakan kontraksi atau tanda-tanda persalinan, padahal usia kandungan sudah melewati HPL (hari perkiraan lahir) atau telah memasuki usia 41-42 minggu. Di usia tersebut, kualitas plasenta sudah sangat menurun, jumlah air ketuban juga semakin sedikit, sehingga bila bayi tak dilahirkan segera, ditakutkan akan mengurangi kesejahteraan bayi.

Induksi juga dilakukan apabila ketuban sudah pecah. Bila tak ada infeksi, bayi harus dilahirkan dalam waktu 12 jam atau 24 jam pasca ketuban pecah. Pasalnya, air ketuban yang pecah menandakan bayi sudah kehilangan “rumah” yang menjaganya dari berbagai macam bahaya, sehingga membuatnya terhubung langsung dengan dunia luar yang penuh bakteri, kuman, ataupun virus. Kondisi ini membuat bayi berisiko tinggi terkena infeksi atau komplikasi kesehatan lain bila tidak segera dilahirkan.

Induksi lainnya yang mengharuskan Ibu hamil mendapatkan induksi, yaitu : Ibu hamil mengalami penyakit preeklamsia, diabetes, lepasnya plasenta dari dinding rahim, serta kondisi lainnya yang membuat bayi perlu dilahirkan segera.

Nah, sudah jelas bukan, bila dilakukan sesuai indikasi, maka proses induksi terbilang aman.


Berakhir Dengan Sesar?


Tapi, kabarnya, kalau dilakukan induksi, ujung-ujungnya akan disesar juga?

Tidak selalu berakhir dengan sesar, kok. Selama Ibu hamil dan bayi dalam kandungan masih dalam kondisi sehat, induksi bisa terus dilakukan hingga bayi siap untuk dilahirkan secara normal.

Selama proses induksi, kesehatan bayi  memang bisa saja mengalami penurunan, walaupun jarang terjadi. Ada kemungkinan kontraksi buatan yang dihasilkan selama induksi menimbulkan rasa tak nyaman pada janin sehingga menyebabkannya stres. Bila tidak segera ditangani, janin bisa masuk dalam kondisi gawat, seperti kekurangan oksigen atau detak jantungnya melemah. Untuk menghindari hal tersebut, dokter akan terus memantau hasil CTG guna menentukan, apakah janin masih dalam kondisi baik atau tidak untuk dilanjutkannya proses induksi. Dengan demikian, bila jalan lahir tak membuka, padahal kesejahteraan bayi mulai menurun, bukan tak mungkin indksi akan berakhir pada operasi sesar.

Selain komplikasi kesehatan, faktor kesiapan Ibu hamil juga ikut menentukan berhasil atau tidaknya proses induksi untuk mencapai pembukaan lengkap. Pasalnya, induksi ditujukan untuk menciptakan rasa mulas dengan frekuensi yang dinaikkan secara bertahap, sehingga bukan tak mungkin Ibu akan tak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan. Itulah mengapa, tak sedikit Ibu hamil  yang berpendapat, mulas pada saat induksi lebih sakit daripada mulas pembukaan biasa. Apalagi, kontraksi memang “dibuat” lebih cepat ketimbang kontraksi yang terjadi secara alami. Nah, apakah Ibu mampu bertahan dengan rasa sakit tersebut? Jika Ibu merasa benar-benar tak kuat, biasanya induksi akan dihentikan dan dilakukan operasi sesar. Itu sebab, induksi perlu pengawasan yang ketat dari dokter.

Jadi, bukan berarti, kalau dilakukan proses induksi dalam persalinan, maka akan selalu diakhiri dengan operasi sesar. Selain itu, agar induksi berjalan lancar, sebaiknya Ibu juga memastikan semua tahapan yang harus dilalui dapat berjalan dengan semestinya. Apa saja tahapannya? Lihat video dibawah ini! Namun, perlu dipahami, tidak semua Ibu hamil yang pernah diinduksi akan melewati tahapan induksi yang sama, jenis dan waktu induksi bergantung pada kondisi Ibu maupun janin.



No comments:

Post a Comment