Sunday, January 7, 2018

Bukti Kajian Seputar ASI Eksklusif

ASI Eksklusif
Secara hukum ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian air susu ibu kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Defenisi ini terdapat di dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Lebih lanjut dalam Pasal 6 disebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Pasal ini menekankan keharusan pemberian ASI bagi semua ibu sebab ASI eksklusif memang penting bagi bayi dengan umur di bawah 6 bulan. Meski mengharuskan, namun pada pasal selanjutnya terdapat beberapa pengecualian. Ibu tidak diharuskan memberi ASI eksklusif jika terdapat indikasi medis yang tidak memperbolehkannya untuk itu, ibu tidak ada dan atau ibu terpisah dari bayi.
Mengapa Harus 6 bulan?

Diaturnya persoalan ASI eksklusif dalam Peraturan Pemerintah mengindikasikan betapa pentingnya ASI bagi generasi bangsa sehingga harus dipayungi oleh hukum. Jauh sebelum itu, sebenarnya WHO dan juga UNICEF telah menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan sumber makanan terbaik bagi bayi. Sebelumnya, kedua lembaga ini menyatakan bahwa ASI eksklusif harus diberikan sampai bayi berumur 4 bulan. Namun pada tahun 2001, WTO menyatakan bahwa ASI eksklusif harus diberikan sampai bayi berusia 6 bulan.
Anjuran pemerintah dan organisasi kesehatan dunia agar bayi hanya diberi susu ASI sampai ia berumur 6 bulan merupakan hal yang wajar sebab bayi dengan usia 6 bulan ke bawah belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna sehingga belum siap menerima jenis makanan dan minuman lainnya. Enzim semacam pemecah protein, lipase, amylase, pepsin dan sebagainya belum diproduksi secara sempurna di usia 1 sampai 6 bulan. Karena itu, bayi yang dipaksakan mengkonsumsi makanan dan minuman pada usia tersebut biasanya akan menunjukan penolakan secara alamiah yang terlihat pada gejala alergi, gangguan pencernaan dan atau obesitas. Hal lainnya yang menjadi alasan kuat terkait anjuran ASI eksklusif adalah fakta klinis bahwa bayi di bawah usia 6 bulan belum memiliki sistem imun yang sempurna sehingga ia belum bisa memproteksi dari kuman yang terdapat dalam makanan dan minuman selain ASI.

Manfaat Terbaik ASI Eksklusif



Komposisi yang lengkap menjadikan manfaat ASI eksklusif semakin kompleks, antara lain sebagai berikut:
  1. Bayi bisa terhidar dari penyakit seperti diare dan muntah.
  2. Pemberian ASI juga mereduksi potensi infeksi pada dada dan telinga. Mengurangi resiko terkena penyakit kulit juga sembelit. Mengurangi kemungkinan terkena penyakit menahun seperti asma, ususu besar, jantung dan masih banyak lagi lainnya.
  3. Potensi terkena kanker bisa dikurangi 60 sampai 80%.
  4. Bayi yang diberi ASI eksklusif terbukti lebih tahan terhadap serangan pneumonia atau radang paru.
  5. Pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan gizi juga vitamin sang bayi.
  6. Dengan ASI eksklusif, ibu tak perlu cemas bayi akan terkena infeksi bakteri E. Sakazakii yang biasa ditemui dalam susu formula bubuk yang tercemar.
  7. Melindungi bayi dari potensi kekurangan zat besi.
  8. Komponen senyawa ASI juga terbukti meningkatkan kecerdasan bayi.
Untuk mendapatkan manfaat ASI tersebut di atas, WHO juga UNICEF menganjurkan beberapa tahapan saat memulai pemberian ASI eksklusif pada bayi, antara lain:
  1. Langsung menyusui setelah satu jam setelah bayi lahir.
  2. Menyusui secara eksklusif artinya tak boleh ada komponen lain yang masuk ke dalam perut bayi meskipun itu air putih.
  3. Jangan menggunakan empeng atau botol susu. Susui bayi langsung dari payudara ibu. Sebab jika dipompa dan dimasukkan ke wadah lain, nilai kemurnian ASI bisa saja berkurang.
  4. Menyusui bayi kapanpun ia mau atau on-demand dan sesering mungkin.
  5. Menjaga kondisi emosional bagi ibu sebab akan sangat berpengaruh pada kualitas ASI.

Bukti Kajian Seputar ASI Eksklusif

Di dalam Islam, hukum mencukur rambut bayi adalah sunnah, sedangkan dari sisi medis, mencukur rambut bayi baru lahir bisa membuat kepala si bayi bersih dan bebas penyakit. Adapun dalam adat beberapa suku di Indonesia, mencukur rambut bayi umumnya dilakukan saat bayi berumur 7 atau 9 hari atau paling lambat usia 1 bulan setelah dilahirkan. Dalam hal ini cara mencukur rambut bayi pun tidak bisa sembarangan. Biasanya ritual pembacaan ayat suci Al-Quran dan shalawat nabi mengiringi prosesi pencukuran rambut yang dilakukan oleh beberapa orang sesepuh dan pemuka.

Cara Mencukur Rambut Bayi

Meski melalui prosesi atau ritual pencukuran rambut, sang bayi biasanya akan dicukur ulang hingga gundul oleh orang tuanya. Hal ini mengingat bahwa dalam prosesi tersebut, umumnya pencukuran tidak dilakukan dengan benar karena hanya digunakan sebagai syarat ritual saja, sehingga masih banyak rambut yang tersisa dan belum benar-benar bersih.

Dalam pencukuran ulang ini, sebagian orang tua sering kali merasa takut dan khawatir untuk melakukannya sendiri, karena riskan pada keadaan kulit kepala bayinya yang masih rentan terluka oleh pisau cukur. Padahal jika mereka mengetahui cara mencukur rambut bayi yang benar, mereka harusnya tidak perlu merasa khawatir.

Cara Mencukur Rambut Bayi Sendiri dengan Aman

Lalu Bagaimana Cara Mencukur Rambut Bayi Yang Benar?

Untuk mengetahui bagaimana cara mencukur rambut bayi yang benar, berikut ini adalah tahapan yang harus dilalui.

1. Persiapan Alat dan Bahan

Nah, untuk memulai mencukur rambut bayi, pertama yang harus disiapkan tentu adalah alat dan bahannya. Adapun alat dan bahan tersebut antara lain bedak bayi, air hangat, gunting rambut, kapas kecantikan, tissue, cairan antiseptik atau alkohol, handuk, dan pisau cukur yang baru dan steril.

Terkait dengan pisau cukur, saya menyarankan Anda untuk menggunakan pisau cukur merk Gillete. Pisau cukur yang berharga Rp. 4000,- per buah ini memiliki desain yang aman sehingga tidak akan membuat luka sedikitpun saat digunakan mencukur rambut bayi.

2. Persiapan Sebelum Mencukur

Setelah semua alat dan bahan  disiapkan, tahap selanjutnya yang dilakukan dalam cara mencukur rambut bayi adalah melakukan persiapan sebelum mencukur. Persiapan ini penting dilakukan selain untuk menjaga kesterilan selama proses mencukur, juga dapat meminimalkan risiko terburuk yang mungkin terjadi selama dan setelah mencukur rambut bayi Anda. Adapun yang perlu dilakukan dalam persiapan ini antara lain:
  • Cuci tangan Anda sebelum mencukur dan pastikan alat dan bahan yang digunakan ada dalam keadaan steril.
  • Sebelum mencukur, pastikan kondisi Anda ada dalam keadaan tenang dan tidak takut atau ragu-ragu. Jika mungkin Anda masih terus ada dalam kebimbangan, sebaiknya mintalah perawat atau orang yang sudah terbiasa mencukur bayi untuk melakukannya.
  • Kondisikan bayi ada dalam keadaan tenang. Keadaan tersebut bisa didapat saat ia tengah tertidur pulas. Ketenangan juga bisa diperoleh dengan menyediakan suhu ruangan yang nyaman dan tidak membuat bayi Anda merasa gerah.
  • Jika mencukur dilakukan saat bayi sedang tidak tidur, mintalah seseorang untuk mengajaknya bermain agar perhatian dan rasa sakit yang mungkin ditimbulkan dari proses mencukur dapat teralihkan.

3. Cara Mencukur Rambut Bayi

Setelah semuanya dirasa siap, proses mencukur rambut bayi pun bisa langsung dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
  • Jika rambut bayi Anda sangat lebat, potonglah rambut tersebut sependek mungkin menggunakan gunting kecil untuk memudahkan pencukuran.
  • Mulailah mencukur secara perlahan-lahan dari atas ke bawah (searah jatuhnya rambut).
  • Bersihkan pisau cukur dari potongan rambut si kecil menggunakan tissue kering saat pisau sudah terasa penuh. Kemudian lanjutkan pencukuran.
  • Selama proses pencukuran ini, saya tidak menyarankan Anda untuk membasahi rambut si bayi. Berdasarkan pengalaman saya, hal ini justru akan semakin menyulitkan proses mencukur karena rambut si bayi yang masih lembut dan halus jadi lengket di kulit kepala. Cukup taburkan saja bedak bayi di kepalanya jika Anda khawatir proses mencukur akan melukai si bayi.
  • Setelah semua rambut dicukur, tahapan terakhir dalam cara mencukur rambut bayi yang benar adalah melakukan proses mencukur dari bawah ke atas (berlawanan dengan arah jatuhnya rambut). Tahapan ini dilakukan untuk merapikan sisa-sisa rambut yang mungkin masih tertinggal.
  • Setelah selesai, basuhlah kepala bayi Anda dengan air hangat untuk membersihkannya dari rambut-rambut yang sudah terpotong.
  • Terakhir, keringkan kepala bayi dengan handuk lembut dan taburkan bedak bayi ke kepalanya yang kini sudah botak.

Nah, itulah tahapan yang perlu dilakukan dan diperhatikan dalam cara mencukur rambut bayi yang benar. Semoga bisa bermanfaat bagi Anda semuanya. Salam.

Bukti Kajian Seputar ASI Eksklusif

Trimester Kehamilan
12 3
kumpulan nama bayi
Kumpulan nama bayi ini merupakan nama bayi laki-laki dan perempuan populer yang diambil dari nama-nama presiden, pemenang nobel, para nabi di kitab suci.

Lebih dari 20 ribu nama bayi perempuan dan laki-laki beserta artinya siap menjadi referensi bagi bayi anda. sebagai contoh berikut adalah nama pemenang nobel dunia:

  • Theodor
  • Wangari
  • John
  • Shirin
  • Roy
  • Elfriede
  • Yves
  • Toni
  • Richard
  • Nadine
  • Robert
  • Linda
  • Harold
  • Christiane
  • Mohamed
  • Jody
  • Barry
  • Rigoberta
  • Finn
  • Aung

Kumpulan nama bayi dari kalender kehamilan ini selengkapnya bisa anda download di sini.

Bukti Kajian Seputar ASI Eksklusif

tips puasa ramadhan untuk ibu hamil
Bulan Ramadhan telah tiba dan tidak terkecuali bagi ibu hamil, tentu saja ingin juga menjalani puasa di bulan Ramadhan ini. Lalu, apakah ibu hamil boleh puasa Ramadhan? Tentu saja keinginan ini adalah keinginan yang wajar saja, hanya saja hal ini harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Jika dokter mengijinkannya, maka ibu hamil dapat berpuasa selama bulan Ramadhan yang suci ini.

Puasa di bulan yang suci ini, tentu saja pada awalnya akan terasa berat. Tetapi niat kuat dan dengan dukungan suami, tentu ibu akan dapat berpuasa sebulan penuh.



Manfaat Puasa Ramadhan Bagi Ibu Hamil


Sebetulnya terdapat beberapa manfaat dari puasa Ramadhan bagi ibu yang sedang hamil. Apalagi kehamilan memang bukanlah halangan untuk berpuasa. Jika kondisi ibu dan janin memang sehat, tentu akan lebih baik jika berpuasa. Apalagi berpuasa Ramadhan memungkinkan kita semua untuk mendapatkan asupan nutrisi yang sama seperti di waktu lain. Hanya waktunya saja yang bergeser.

Aktivitas menyusui tidak akan terganggu meski di siang hari tidak ada makanan dan minuman yang masuk ke tubuh ibu. Karena ibu yang sehat sebetulnya memiliki cadangan nutrisi. Setelah berbuka puasa dan makan dengan porsi cukup, cadangan nutrisi ini akan tergantikan.

Jika waktu berpuasa diisi dengan kegiatan serta pola makan yang baik, maka ibu hamil justru akan menjadi lebih sehat. Berbagai penyakit degeneratif dapat dicegah atau diturunkan resikonya, seperti gangguan hiperkolesterol, jantung koroner, dan kencing manis. Karena dengan menahan nafsu untuk tidak mengkonsumsi makanan secara berlebihan, asupan yang masuk pun jadi terseleksi.

Tak hanya itu, saat puasa, sel darah putih akan lebih aktif membangun kekebalan tubuh. Organ pencernaan pun lebih sehat karena mendapat kesempatan beristirahat yang lebih panjang di siang hari. Detoksifikasi juga terjadi karena saat puasa, tubuh menghasilkan antioksidan yang membersihkan zat-zat bersifat racun dari dalam tubuh.

Ibu hamil yang sehat tentu memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memiliki janin yang juga sehat.



Amankah Ibu Hamil Puasa Ramadhan ?


amankah ibu hamil puasa ramadhan
Ini adalah suatu pertanyaan yang sangat sering muncul. Sejumlah penelitian telah membuktikan, puasa Ramadhan pada wanita hamil tidak akan berefek buruk pada janin, baik pertumbuhan dan kesehatan janin maupun kecerdasannya. Bahkan, berpuasa Ramadhan saat hamil juga tidak mengakibatkan kelahiran prematur. Inilah beberapa hasil penelitian tersebut :
  • Penelitian di malaysia terhadap 605 ibu hamil yang berpuasa menunjukkan tidak ada efek pada berat badan si ibu dan berat badan bayi baru lahir.
  • Gambaran kardiotokografi (catatan denyut jantung dan gerakan janin) menunjukkan hasil yang tidak reaktif selama fase puasa, namun kembali reaktif setelah berbuka puasa. Penelitian lain membuktikan, ibu hamil yang berpuasa tidak memiliki efek pada prematuritas dan skor apgar bayi baru lahir.
  • Penelitian menyimpulkan, puasa Ramadhan ketika hamil tidak berefek pada kecerdasan (IQ) anak setelah dewasa.
  • Penelitian yang dilakukan menyimpulkan, puasa Ramadhan saat hamil tidak akan berefek pada pertumbuhan dan kesehatan janin, serta tidak menyebabkan ketonemia (suatu kondisi berbahaya yang dapat mematikan).


Tidak Ada Komplikasi


Namun perlu dipahami, dari sisi medis, tidak semua ibu hamil dapat berpuasa selama bulan Ramadhan. Sekali lagi, agama pun mengizinkan ibu hamil tidak berpuasa. Pertimbangannya, kehamilan mungkin saja membuat kondisi ibu menjadi lemah. Banyak ibu hamil yang mengalami muntah-muntah di trimester pertama atau merasakan ketidaknyamanan luar biasa karena janin mulai besar? Jadi, jika memang ibu tidak kuat berpuasa, kondisi tubuh tak memungkinkan, sebaiknya tidak memaksakan diri.

Pastinya, jika ibu mengalami komplikasi kehamilan berikut ini, sebaiknya tidak berpuasa : perdarahan kehamilan, hipertensi, preeklamsia, muntah-muntah parah, diabetes, plasenta previa, riwayat gangguan nafsu makan (anoreksia atau bulimia), gangguan sistem pencernaan, riwayat batu ginjal, riwayat persalinan prematur, riwayat keluaran persalinan jelek, kurang gizi dan semua kondisi yang mengharuskan ibu hamil minum obat sepanjang hari.

Selain itu, ibu hamil yang menginjak umur kehamilan 9 bulan, juga dianjurkan tidak berpuasa. Penelitian yang dilakukan menyimpulkan, kadar gula darah ibu hamil di trimester 3 yang menjalankan puasa ramadhan lebih rendah dibanding yang tidak. Itulah mengapa, menginjak usia kehamilan 9 bulan, ibu sebaiknya tidak berpuasa. Kadar gula darah ibu yang cukup, berguna untuk tenaga saat melahirkan.

Untuk itu, sebelum berpuasa, ibu dianjurkan berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter. Jika setelah dilakukan pemeriksaan, ibu dinyatakan sehat dan dokter pun mengizinkan, maka silahkan ibu menjalankan puasa Ramadhan. Namun ingat jangan memaksakan diri. Jika ibu mulai merasa tidak nyaman atau kurang sehat, tak mengapa membatalkan puasa. Ingat, ada si buah hati yang sedang tumbuh dan berkembang di rahim ibu.

No comments:

Post a Comment