Monday, January 8, 2018

Bukti Memahami Komplikasi Persalinan

Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia kandung terancam dan disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Pada penelitian yang diadalan tahun 1990 yang diadakan oleh Assesment Safe Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab terjadinya komplikasi pada persalinan. Hal tersebut antara lain:
  1. Tingkat kesehatan sang ubu sangat rendah dan kesiapannya untuuk hamil masih sangat kurang.
  2. Pemeriksaan selama masa kehamilan sangat kurang.
  3. Pertolongan pada proses persalinan sangat kurang. Demikian halnya dalam masa perawatan setelah ia melahirkan.
  4. Kualitas pelayanan medis pada antenatal sangat rendah. Dan dukun bayi masih belum mengerti cara merawat wanita yang sedang hamil layaknya tenaga medis.
  5. Tidak semua puskesmas (khususnya di daerah) memiliki peralatan yang lengkap dan memadai untuk melaksanakn perana obstertik esensial.
 Ada beberapa jenis komplikasi persalinan, antara lain:
  1. Persalinan Macet. Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul si ibu yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang menyebabkan sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal lain yang membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit semisal anemia.
  2. Ruptura Uteri atau dalam bahasa awam dikenal dengan istilah sobekan uterus. Mengacu pada suatu kondisi yang sangat berbahaya yang terjadi pada kehamilan trimester dua dan juga tiga. Robekan pada rahim ini bisanya terdapat pada bagian bawah.  Dalam kondisitertentu, robekan pada rahim bisa sampai ke vagina dan membahayakan sang ibu.
  3. Jenis komplikasi persalinan lainnya adalah infeksi atau sepsis. Wanita memang diketahui memiliki kecenderungan yang lebih tinggi akan infeksi pada saluran genitalnya. Hal ini bisa saja terjadi saat penolong persalinan memasukkan tangan ke dalam vagina dan tidak bersih. Infeksi tersebut juga bisa saja bersumber dari debu atau karena terjadi perpindahan bakteri dari anus ke vagina. Infeksi ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan kematian utamanya di Negara berkembang.
  4. Komplikasi pada persalinan lainnya adalah malposisi juga malpresentasi. Keadaan ini mengacu pada kondisi dimana janin tidak berada dalam posisi yang normal dan mengakibatkan terjadinya proses persalinan yang jauh lebih lama bahkan macet. Hal ini harus ditangani di Rumah Sakit yang menyediakan tindakan section caesaria.
  5. Ketuban Pecah Secara Dini. Komplikasi persalinan yang satu ini disebabkan selaput ketuban pecah secara tiba-tiba dan cairan seperti air akan keluar dari vagina. Hal ini biasanya terjadi pada kehamilan di usia 22 minggu atau lebih sebelum persalinan kelahiran bayi dimulai.
  6.  Pre-eklampsia dan juga Eklampsia. Komplikasi persalinan yang satu ini merupakan penyebab utama kematian pada ibu saat persalinan. Eklampsia dan pre-eklampsia harus ditangani secara dini dan serius sebab jika tidak akan berujung pada kenatian ibu dan bahkan bayinya.
  7. Trauma Perineum. Komplikasi persalinan yang satu ini disebabkan oleh luka perenium yakni otot, kulit juga jaringan yang ada di antara anus dan vagina. Luka ini terjadi karena desakan hebar kepala bayi saat proses persalinan. Dalam kondisi parah yakni stadium empat, luka ini akan menyebabkan pedarahan yang parah.

Bukti Memahami Komplikasi Persalinan

Seorang yang tidak puasa karena hamil atau karena menyusui memang diwajibkan untuk mengganti puasanya (qadha) di hari-hari yang lain. Akan tetapi karena pertimbangan bahwa setelah hamil ia akan melahirkan dan menyusui, ia kemudian dianggap sebagai golongan yang tidak mampu berpuasa. Orang-orang yang tidak mampu berpuasa tidak berkewajiban membayar qadha dan menggantinya dengan kewajiban membayar fidyah. Lalu, bagaimanakah cara atau mekanisme pembayaran fidyah bagi ibu hamil dan menyusui? Berapa banyak uang yang harus diberikan pada fakir miskin setiap kali tidak puasa? Simak pemaparannya berikut ini!

Fidyah Bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Seorang yang tidak berpuasa karena keadaannya yang tak memungkinkan untuk bisa berpuasa, seperti orang tua yang sudah berusia lanjut, ibu hamil, dan ibu menyusui memang memiliki kewajiban untuk membayar fidyah kepada golongan fakir dan miskin di kampungnya.

Fidyah Bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Setiap kali tidak puasa, seseorang yang tidak berpuasa diwajibkan membayar fidyah sebanyak 1 mud atau jika dikonversi dalam bentuk makanan berarti sekitar 1 kg beras. Sebagian ulama juga mengartikan 1 mud ini sama dengan 1 kali memberi makan pada orang fakir dengan porsi lengkap, dan jika diuangkan rata-rata sekitar Rp. 15.000.

Tata cara membayar fidyah bagi ibu hamil dan ibu menyusui dapat langsung dilakukan dengan memberikan makanan langsung kepada kaum yang membutuhkan. Jika dalam sebulan penuh seseorang itu tidak berpuasa, maka ia wajib memberi makan pada sekitar 30 orang fakir di kampungnya.

Pembayaran fidyah juga dapat diwakilkan pada seseorang atau lembaga yang biasa mengurusi zakat dan fidyah. Pembayaran fidyah termasuk ibadah maaliyah (harta) dan bukan merupakan ibadah fardiyah, sehingga dalam ibadah ini para ulama bersepakat untuk membolehkan sistem perwakilan.

Adapun salah satu lembaga yang mungkin akan membantu mempermudah penyaluran fidyah Anda misalnya Dompet Dhuafa. Cara penyalurannya sangat mudah, dan semuanya sudah dijelaskan dalam situsnya dompetdhuafa.com. Silakan kunjungi link tersebut jika sekiranya Anda ingin menyalurkan fidyah Anda dengan cara yang lebih mudah.

Nah, itulah beberapa hal terkait tata cara membayar fidyah bagi ibu hamil dan menyusui. Semoga bisa membantu. Salam

Bukti Memahami Komplikasi Persalinan

Melahirkan Di Rumah (Home Birth) Tanpa Masalah
Ada beberapa hal yang tidak dimiliki oleh rumah sakit sehingga ibu hamil memilih melahirkan di rumah saja. Apakah ini hanya sekedar trend yang sedang berkembang?

Ketika rumah sakit atau klinik bersalin belum ada, dimanakah ibu yang sedang hamil besar melahirkan ?

Di rumah tentunya, seperti yang dialami oleh eyang atau nenek buyut kita dulu. Tak peduli apakah beliau itu tinggal di tengah kota atau di desa.

Namun zaman pun berputar dan berubah. Belakangan, melahirkan di rumah (home birth) kembali jadi pilihan, dan yang memilihnya adalah para calon ibu yang sebetulnya bisa melahirkan di klinik bersalin atau rumah sakit.

Tak hanya di Indonesia, ibu hamil di Amerika Serikat pun sekarang banyak yang memilih melahirkan di rumah. Data resmi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pemberantasan Penyakit di Amerika menunjukkan, jumlah ibu yang melahirkan di rumah mengalami peningkatan sebesar 30% selama 2004-2009.

Lalu kenapa ibu hamil memilih bersalin di rumah? Apa yang tengah terjadi dengan rumah sakit atau klinik bersalin?

Rumah sakit atau klinik bersalin masih menyenangkan kok bagi sebagian besar ibu hamil di perkotaan. Cuma, kalau mereka mulai memilih bersalin di rumah, tentu karena mereka menemukan keuntungan lainnya yang boleh jadi tidak bisa diberikan rumah sakit.

Banyak ibu hamil yang menganggap bersalin di rumah lebih nyaman dan jauh lebih murah. Selain itu, tenaga kesehatan yang membantu bisa fokus pada satu pasien, sehingga ibu akan lebih mudah merasa relaks, dan risiko infeksi nosokomial bisa dihindari. Kemudian setelah persalinan, ibu dan bayi dapat bersama-sama selalu sehingga mampu meningkatkan boundingnya dengan bayi serta keluarga.

Menurut para ahli persalinan di rumah, ibu hamil akan mendapatkan perhatian yang penuh dari orang yang memiliki hubungan personal dengannya. Privacy pun lebih terjaga. Dan pada akhirnya ibu hamil akan merasa lebih nyaman saat melahirkan.

Dan seperti kita tahu, soal kenyamanan merupakan salah satu faktor terpenting yang harus dipunyai seorang ibu yang mau melahirkan. Sistem tubuh baru akan bekerja lebih baik saat kondisi nyaman. Itulah mengapa banyak orang yang dapat tidur lelap di rumah sendiri, tapi tidak saat berada di tempat lain. Itu karena pada kondisi tertentu sistem otot dan hormonal di dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal yang kurang lebih sama berlaku buat persalinan. Bila lingkungan nyaman, hormon-hormon yang membantu persalinan (hormon oksitosin) akan keluar dengan maksimal.

Nyaman sudah. Tapi apakah cukup aman melahirkan di rumah ?

Perlu diperhatikan, bahwa persalinan di rumah juga penuh resiko. Misal, saat menghadapi kasus emergency dan harus segera dibawa ke rumah sakit akan butuh waktu yang relatif lebih lama. Padahal saat itu keselamatan ibu dan bayi berpacu dengan waktu.

Itu baru satu kasus. Kasus lainnya, bisa saja mendadak ditemukan penyulit di tengah proses persalinan. Sementara di rumah sangat terbatas personel dan peralatan medis.

Bahkan sampai saat ini pun belum ada regulasi yang menaungi baik dari sisi keamanan pasien maupun keamanan praktik tenaga kesehatan. Karenanya, untuk menyanggupi permintaan pendampingan persalinan di rumah tidak bisa serampangan, butuh seleksi dan feel, mana yang bisa dituruti dan mana yang tidak.

Namun, ada juga ibu hamil yang nekat. Meski harusnya didampingi nakes atau tenaga kesehatan, ia tetap melahirkan di rumah tanpa pendampingan tersebut. Jika memang hal ini yang dipilih, pastikan ibu hamil dan keluarga yang mendampingi, memahami resiko yang mungkin timbul dari keputusan ini.

Tak kalah penting, ibu hamil, suami dan keluarga harus memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai persalinan dan perawatan bayi baru lahir, juga tindakan yang harus dilakukan jika ada faktor penyulit di tengah proses kelahiran. Jadi, lakukanlah perencanaan dengan matang. Misalnya, terus-menerus melakukan pelatihan (simulasi) persalinan, serta memberi pengertian dan melibatkan semua pihak yang mungkin diperlukan saat persalinan.

Karenanya, persalinan di rumah hanya diperkenankan bagi ibu yang risiko kehamilannya rendah. Apabila kehamilannya dinyatakan berisiko tinggi, maka rumah sakit harus menjadi pilihan utama.
Kita patut bersyukur karena nenek atau eyang buyut kita dikaruniai kesehatan yang prima-sehingga amn-aman saja mereka melahirkan anak-anaknya di rumah.

Melahirkan di rumah memang nyaman, karenanya kembali diminati. Namun semoga ini bukan sekedar trend, apalagi demi gaya hidup yang keren, karena faktor keamanan tetap yang utama, jangan sampai terabaikan.


No comments:

Post a Comment